Senja,
Tengadahkanlah kepalamu,
Diatas langit burung dara terbang riuh ke arah barat,
Menutup birunya mega untuk beristirahat,
Walau bukan di langit yang sama, tapi aku bisa melihatmu..
Dalam samar jejak sayap burung dara yang melaju kencang,
Jangan dulu menghilang..
Tengadahkanlah kepalamu,
Diatas langit burung dara terbang riuh ke arah barat,
Menutup birunya mega untuk beristirahat,
Walau bukan di langit yang sama, tapi aku bisa melihatmu..
Dalam samar jejak sayap burung dara yang melaju kencang,
Jangan dulu menghilang..
Terdengar riuh adzan bertakbir, senja telah berakhir,
Bapak berjalan tertatih menahan sakit,
Sesekali meringis mengusap dengkul yang serasa diiris,
Hujan datang,
Terdengar suara dari lengkingan radio butut yang dinyalakannya,
seakan tak mau kalah dengan gelegar kilat yang menyambar,
Tapi aku malah bisa mendengarmu..
Dalam setiap jeda lagu jawa yang diputar bapak,
Suaramu memanggilku..
Bapak berjalan tertatih menahan sakit,
Sesekali meringis mengusap dengkul yang serasa diiris,
Hujan datang,
Terdengar suara dari lengkingan radio butut yang dinyalakannya,
seakan tak mau kalah dengan gelegar kilat yang menyambar,
Tapi aku malah bisa mendengarmu..
Dalam setiap jeda lagu jawa yang diputar bapak,
Suaramu memanggilku..
Ku tajamkan telinga, ku bulatkan mata,
Mencoba mengintip Dari balik jendela, barangkali ada bayangmu disana,
Ku tiup kaca lalu kujernihkan dengan usapanku,
Ada bayangan.. Bayangmu? Aku hampir menjerit kegirangan,
Oalah, dek Karni senyam senyum dibelakangku sambil menggaruk rambut yang tak gatal
Mencoba mengintip Dari balik jendela, barangkali ada bayangmu disana,
Ku tiup kaca lalu kujernihkan dengan usapanku,
Ada bayangan.. Bayangmu? Aku hampir menjerit kegirangan,
Oalah, dek Karni senyam senyum dibelakangku sambil menggaruk rambut yang tak gatal
Ku rebahkan diri diatas kasur yang seprainya masih tercium wangi,
Menghadap dinding menatap goresan yang kian banyak,
Carut marut.. Seperti hatiku..
Sekali lagi aku menatap goresan dinding,
Sekali lagi aku terperanjat tak berdaya,
Karena sekali lagi aku bisa melihat wajahmu disana,
Menghadap dinding menatap goresan yang kian banyak,
Carut marut.. Seperti hatiku..
Sekali lagi aku menatap goresan dinding,
Sekali lagi aku terperanjat tak berdaya,
Karena sekali lagi aku bisa melihat wajahmu disana,
Aduhai,
Mengapa kau memenuhi pikiranku? merusak seluruh sistem otakku, dan menghantui hari-hariku?
Mungkin aku rindu,
Mungkin juga kau merindukanku,
Dengan cara curang kau sampaikan rindumu melalui tetesan hujan dan gemuruh halilintar.
Mengapa kau memenuhi pikiranku? merusak seluruh sistem otakku, dan menghantui hari-hariku?
Mungkin aku rindu,
Mungkin juga kau merindukanku,
Dengan cara curang kau sampaikan rindumu melalui tetesan hujan dan gemuruh halilintar.
Mati lampu,
Ruangan gelap dan kau menghilang,
Mungkin memang seharusnya begitu,
Aku tak mau kau berlama-lama merusak kerja otakku.
Sebaiknya aku tidur,
Datanglah jika kau ingin hadir di dalam mimpiku..
Aku tak mau kau berlama-lama merusak kerja otakku.
Sebaiknya aku tidur,
Datanglah jika kau ingin hadir di dalam mimpiku..
No comments:
Post a Comment