Labels: , ,

Kapankah ibukotaku bebas dari PMKS??

Pernah liat pengemis atau pengamen di jalan atau di bus? sering. pasti itu yang akan kamu jawab kalau ada pertanyaan seperti itu. Ada yang teriris hatinya melihat pengemis tua yang tertatih-tatih berjalan diantara hiruk pikuk jakarta (pasti langsung inget orang tua atau simbah di kampung). Boro-boro berlari, berjalan aja butuh waktu jeda beberapa menit lagi untuk meneruskan perjalanan. Tapi banyak dari mereka yang bikin kesel. Entah karena kelakuan mereka yang memaksa untuk meminta tanpa kerja. 

Misalnya saja pengemis orasi yang terdiri dari 2-3 orang. Baru naik bis saja mereka sudah berteriak. " permisi.." katanya. tetapi dengan tegas seperti membentak dengan maksud penumpang menjadi takut dan memberi recehan sama mereka, jelas hal yang menjengkelkan. Sepertinya kok penumpang kaya "diperas" secara tidak langsung.

Banyak juga anak-anak punk yang seperti ini. Kalau ga dikasih langsung berhenti di depan penumpang itu dengan mata agak dimelototkan seakan-akan penumpang itu punya utang sama mereka. Kalau tidak dikasih juga, bisa jadi mereka akan menyindir dengan keras. "Semoga yang tidak memberi tidak terjadi apa-apa dan barangnya tidak ada yang hilang". Ancaman atau bukan?


Anak-anak punk

Ada juga pengamen ibu-ibu yang membawa anak kecil, ada yang bayi ada juga yang kira-kira 3 tahunan. Mungkin kalau yang bayi masih bisa digendong ya, tapi untuk balita ini, kira-kira pukul 18.30 WIB dimana anak-anak harusnya sudah siap-siap untuk tidur, dia harus tetap melek untuk membantu ibunya mencari uang dijalanan, padahal matanya sudah kuyu. Entah sudah makan atau belum. Kadang pernah saya melihat ada yang menutup mata tidur sambil berdiri dan kadang hampir jatuh lalu ditopang sama ibunya kadang juga sama penumpang lain. Saya tadinya engga mau memberi, sesuai dengan anjuran pemerintah. Tapi apa daya.. naluri keibuan saya terpanggil (yang memang dimanfaatkan oleh pengemisuntuk memberi uang kepada bocah itu. Eksploitasi? 

Entahlah. Mungkin juga mereka tidak tahu eksploitasi itu apa atau memang keadaan yang memaksa si ibu untuk membawa anaknya mencari uang, karena tahu anak kecil bisa dijadikan senjata untuk "memaksa" penumpang mengeluarkan uang. Walaupun mereka tahu resiko yang harus dihadapi selain satpol pp. Yakni resiko kecelakaan di jalan, atau bahkan mungkin kematian karena anaknya yang terus menerus menghisap debu dan polusi jalanan.

Masih banyak lagi macam-macam pengamen dan pengemis. Namun yang masih saya sukai adalah pengamen yang sopan, bernyanyi dengan suara bagus dan lagu yang masa kini. Bisa jadi saya bisa memberi lebih. he he he.

Lanjut.
Mau tau data pengamen dan pengemis atau penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya di Jakarta yang kita cintai ini? Baca dulu yang ini.



Capture berita tersebut saya peroleh dari www.poskotanews.com. Disitu juga menerangkan bahwa diantara 11 bulan mereka menjaring para pengemis, bulan Juli adalah paling banyak. Mengapa? karena bertepatan dengan bulan puasa. Mereka berdatangan dari berbagai daerah untuk meraup untung dari orang-orang yang memang mengharapkan banyak pahala dengan memberikan santunan dibulan suci ini




Nah, dengan posisi data tersebut, apakah tahun ini bisa berkurang dengan adanya pergantian pimpinan, baik presiden maupun gubernur? Mudah-mudahan bisa. Selalu berfikir positif karena masalah ini bukan hanya masalah pengemis. Tapi juga masalah PMKS lainnya seperti gelandangan, waria, pekerja seks komersial, pengamen, pemulung, dan anak jalanan. Lainnya, orang terlantar, peminta kotak amal, pedagang asongan, joki 3 in 1, pak ogah atau tukang parkir liar, dan PMKS lain seperti warga tanpa identitas, tukang ojek, tukang becak, tukang loak.

No comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...